Jam

Minggu, 28 November 2010




Malam Sabtu kemaren...Pacitan kedatangan Al Mukarom Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf dari surakarta...sebelum bertandang ke alun-alun mengisi majlis shalawat terlebih dahulu beliau transit di Green House kota pAcitan. Disitu berkumpul para Kyai-Kyai dan rombongan Habib Syech. Ada Kyai Umar Tumbu, KH.M.Burhanuddin HB, KH.Faqih Suja’, KH.Mukti Ali, dan masih banyak yang lainnya....
Mereka terlihat asyik ngobrol, guyonan, dan tertawa bersama....
Guyonan itu terlontar dari Habib Syech yang kebetulan duduk di samping Kyai Umar Tumbu....
Mbah ....“Kun kal DUIT wa laa takun kal DEMIT”....
Spontan semua yang ada disitu tertawa...terlebih Kyai Umar tumbu yang berusia lebih dari 1 abad tersebut....
Gayeng....
read more "GAYENG...."

Jumat, 26 November 2010




Apabila setiap muslim diharuskan untuk menjadi pemimpin, yang cakupan kepemimpinannya sesuai dengan wawasan keilmuan dan kapasitas kepribadian, maka dalam konteks muslim Indonesia santri-lah yang paling berhak menyandang gelar sebagai pemimpin dan pelopor baik dalam lingkup masyarakat lokal maupun pada level nasional.

Ada empat faktor yang mendasari hal ini: pertama, wawasan spiritual (QS At Taubah 9:123). Santri adalah kalangan yang paling banyak mempelajari ilmu agama. Seorang pemimpin ideal hendaknya tidak diragukan wawasan keagamaannya. Sebab wawasan spiritual akan sangat membantu dalam menyeimbangkan kepribadian seorang pemimpin dalam berperilaku dan mengambil keputusan yang benar (QS Al Ankabut 29:13).

Kedua, mandiri. Seorang pemimpin harus mandiri yakni memiliki kepribadian yang independen yang memiliki ketergantungan hanya pada Sang Pencipta (QS Yunus 10:62). Pemimpin adalah sosok panutan banyak orang. Tidak ada satupun individu yang rela menjadi pengikut dari sosok pribadi yang tidak mandiri. Tentu saja pribadi mandiri bukan berarti pribadi yang tidak butuh pada orang lain sama sekali. Akan tetapi kebutuhan itu tidak pada tahap ketergantungan. Ia lebih bersifat mutual (saling memerlukan) seperti butuhnya penjual pada pembeli, bukan seperti butuhnya bayi pada ibu yang menyusuinya.

Apabila karakter kemandirian seseorang sebagian besar dibentuk oleh lingkungan, maka lingkungan pesantren dapat dikatakan memiliki pengaruh paling kuat dibanding lingkungan pendidikan lain dalam membentuk karakter mandiri seseorang.

Di pesantren, seorang santri dididik selama 24 jam tidak hanya dalam keilmuan “formal” seperti ilmu fiqh, Hadith, tafsir, dan lain-lain, tetapi juga dalam keilmuan “non formal” seperti kesabaran, percaya diri dan kerja keras; tiga sifat minimal yang harus dimiliki oleh seorang calon pemimpin.

Hal lain yang tak kalah pentingnya dalam pendidikan nonformal di pesantren adalah santri dilatih sebagai “pemimpin-pemimpin kecil” yang memiliki tugas-tugas rutin dalam mengkoordinir kegiatan harian pesantren. Kebiasaan ini pada gilirannya nanti menjadi modal yang kuat bagi seorang santri untuk melatih insting kepemimpinannnya saat terjun di masyakarat.

Ketiga, akhlakul karimah (QS Al Qolam 68:4). Masyarakat membutuhkan pemimpin yang memiliki perilaku akhlakul karimah. Pribadi akhlakul karimah akan selalu mendasarkan setiap tindakan pribadinya pada etika tertinggi baik menurut tinjauan agama maupun pandangan sosial. Sebaliknya, ia akan bersikap bijak dan “agak longgar” dalam menilai dan memberi “fatwa” pada kalangan yang dipimpinnya. Karena berwawasan luas dan berkepribadian tasamuh (bijaksana), ia disenangi kawan dan disegani lawan.

Keempat, sederhana dan jujur. Lingkungan pesantren adalah lingkungan pendidikan yang sangat mendorong santri untuk hidup sederhana. Kesederhanaan adalah salah satu moralitas tertinggi di samping kejujuran. Sederhana dan jujur adalah dua hal yang tak terpisahkan. Sulit untuk hidup dalam kejujuran, apabila kita meninggalkan kesederhanaan.

Keempat faktor di atas menempatkan santri menjadi seorang calon pemimpin yang ideal untuk memimpin masyarakat dan bangsa Indonesia di masa depan. Kenyataan ini hendaknya tidak menjadikan kita berbangga hati, sebaliknya harus kita jadikan bahan introspeksi diri; sudahkan para santri selaras dengan keempat kriteria di atas?
read more "SANTRI, JADI PEMIMPIN"

Minggu, 21 November 2010




SEJARAH MUSIK
Menurut catatan sejarah (A. Hasymi, Sejarah Kebudayaan Islam), Pengaruh Islam dalam perkembangan musik dunia cukup besar. Di waktu itu ada 2 jenis musik: vokal dan musik instrumen. Musik vokal melahirkan :qit’a (fragmen); ghazal (lagu cinta) dan mawl (lagu tentang keindahan). Musik instrumen membuat terciptanya qasaba (nay), tabla (drum), duff (tamborin) dan qasa (cymbal)
Peradaban Islam masuk di Eropa melalui Spanyol dan Balkan, telah mempengaruhi perkembangan musik di Barat. Pada abad ke 8 misalnya, seorang pendeta Kristen, St Medrad Evangel, mencoba memasukan unsur musik Islam ke dalam musik gereja. Seabad kemudian masyarakat barat di spanyol mulai mengenal ritme dan metrum (pergantian naik turunnya suara secara teratur yang berasal dari Al Farabi abad 12), kemudian kaum birokrat Spanyol yang beragama Kristen mengembangkan jenis musik vokal troubadaour-musik yang dimainkan secara solo yang kemudian menjadi embrio folklore atau musik rakyat.

BEBERAPA TOKOH MUSIK ISLAM
1. Kemudian musik Arab mencerap unsur-unsur musik dari Persia dan Roma. Salah satu tokohnya adalah Said Ibnu Mashaj –Mekkah.
2. Penulis teori musik yang pertama di zaman Islam adalah Sulaiman (765) yang belakangan juga mempengaruhi pemusik Eropa.
3. Khalil bin Ahmad (wafat 791) orang pertama di zaman Islam yang memperkenalkan teori menuliskan irama musik dengan not balok.
4. Yahya bin Mansur Al-Mausuly, menulis teori musik, terutama not huruf dan teori dansa.
5. Ishak bin Ibrahim al Mausuly (wafat 850), berhasil memperbaiki musik Arab di zaman Jahiliah dengan sistem baru. Berkat kepiawaiannya, penulis kitab “Kitabul ilhan Ghanam” (Buku Not dan Irama) itu kemudian mendapatkan julukan “Imamul Mughiyah”,”Raja Penyanyi”
6. Hunia bin Ishak (873), berhasil menyalin sejumalh teori musik karangan dua filsuf Yunani, Plato dan Aristoteles,”Problemata dan De Anima” . Ia juga menerjemahkan De Voce” karya Galen.
7. Filsuf besar al-Kindi (874) telah menulis tujuh buku tentang musik.
8. Tsabit ibnu Qurra (901), Muhammad ibnu Zakaria ar Razi (929) dan Qusta ibnu Luqa (932)
9. Al Farabi, ia adalah musisi yang handal dan teoritikus musik yang hebat, karya-karyanya banyak mempengaruhi perkembangan musik Barat.
Rasanya kalau membaca sejarah di atas beserta tokoh2 islamnya, kita jadi menyadari, bahwa Sejarah kita yang sekarang ini sebenarnya terputus, atau sengaja di putus.
Dan itu bisa dimaklumi sebab ketika Baghdad di hancurkan oleh Hulagu Khan, maka seluruh peninggalan2 Islam, Kitab2 ilmu yang dikembangkan oleh umat Islam, di hancurkan dan di tenggelamkan di sungai Tigris, sampai air sungainya menghitam karena lunturan tintanya.
Atau ketika keilmuan Islam berkembang lagi di Cordova, maka kemudian Spanyol / Andalusia di kuasai oleh orang-orang Nasrani lagi, kembali lagi dilakukan "pemutusan Sejarah" dan sampai sekarang ini sehingga kita merasa bahwa orang-orang dari Baratlah sebagai sumber ilmu, sumber filsafat, sumber pengetahuan,dll termasuk sumber asalnya segala macam alat musik dan ilmu musiknya pula..
DI INDONESIA
Zaman Wali sanga, musik dimanfaatkan untuk dakwah. Mereka menciptakan Macapat (puisi jawa yang dilagukan), Dandanggula, Maskumambang, Pangkur, Sinom, Asmaradhana,.
Termasuk lagu ilir-ilir (ciptaan Sunan Kalijogo), juga lagu-lagu ciptaan dari Pangeran Wijil I (turunan sunan kalijogo) yang meneruskan beliau sebagai seorang Pujangga.Tak ketinggalan salah seorang guru Sunan Kalijogo yakni Sunan Bonang, yang namanya diabadikan sebagai salah satu nama alat musik gamelan (Bonang)
Wali sanga pula yang merakit instrumen gamelan jawa lengkap dengan komposisi musiknya.
Atau mungkin anda ingat dengan beduk ketika seseorang itu mau adzan?
Adakah itu ada di jaman Rasulullah saw ?
ataukah itu adanya hanya di Indonesia ini saja ?
sejak kapan adanya beduk yang membawa nada-nada tertentu itu.?
tak.tak..taktaktakta....dung..dung...dungdungdung...he..he..
Dan kalau kita telusuri sejarah pendidikan agama Islam di Indonesia ini, maka kita akan tahu, di pesantren-pesantren sebelum era intervensi materi dari pemerintah, istilah kita pesantren tradisional, maka kitapun mengenal pembelajaran kepada para santri-santri itu melalui syair-syair yang dilagukan untuk lebih memudahkan hafalah bagi mereka.(nadhom-nadhom)
Ada nadhom jaljalut sughro,
ada nadhom jaljalut kubro,
ada nadhom minhajul asfiya'
ada nadhom sholawat nabi, dll
Ingatkah kita cara menghafal sifat-sifat Allah ketika tahun 1975 an ? mereka mengajarkan menghafal dengan dilagukan, dan itu sangat memudahkan bagi kita yang diajari...
Kemudian di masa sekarang ini, mulailah warna musik tidak lagi menjadi batasan bagi seseorang untuk berkarya dan memuja Tuhannya, serta seringkali menjadi sarana dakwah yang "halus" yang kadang terselubung.

Jenis musiknya mulai gambus, musik Melayu, kasidah dan mulai juga sudah cukup lama, irama dangdut (Rhoma Irama), pop (Bimbo, Novia Kolopaking,dll), rock (Dewa), klasik, jazz, nasyid, musik tradisinal-modern (Kyai Kanjeng dan Ki Ageng Ganjur-Emha Ainun), termasuk orkestra (Dwiki Dharmawan dan Hadad Alwi)
Tuhan sudah menganugerahkan kepada manusia telinga sebagai alat, dan Pendengaran sebagai sifatnya...
dan bukankah Nabi Bersabda "Allohul Jamal Yuhibbul jamil" ?
"Alloh itu Maha indah dan Cinta kepada keindahan" ?
lalu, tidak sadarkan kita bahwa lagu-lagu dan irama-irama itu selalu kita dengarkan disetiap saatnya?
baik itu kita mau maupun tidak mau, baik itu kita suka maupun tidak suka..
irama-irama kipas angin yang berputar,
nada-nada angin yang berhembus sepoi-sepoi,
suara-suara langkah-langkah kaki yang membawa not-not sendiri....
semoga kita termasuk orang yang bisa mendengarkan percikan keindahan ilahi..
read more "MUSIK, ISLAM & TUHAN"
 

Entri Populer

Tuan Rumah

Kenalan Yuk

Foto saya
Pacitan, Jawa Timur, Indonesia
Blog ini hanya sekedar mengeksplor sisi ke WOW-an INDONESIA kita... salam kenal semuanya....

Blogroll

   

Jumlah Pengunjung

Pengikut