Jam

Rabu, 22 Juni 2011



VIEW VIDEO KLIK HERE

Siang ini...tanggal 22 Juni 2011 satu rombongan dari tim liputan 6 SCTV berkunjung ke Pondok Pesantren Al-Fattah Kikil Arjosari Pacitan untuk meliput berita kegiatan Shalat Ghaib dan Dzikir Berjamaah untuk TKI yang divonis hukuman pancung.
santri Pondok Pesantren Al Fattah di Pacitan, Jawa Timur, Selasa (21/6) menggelar doa dan dzikir bersama untuk Ruyati. Mereka prihatin atas nasib TKI yang dihukum pancung di Arab Saudi itu.

Doa juga disampaikan untuk Darsem. TKI yang juga bekerja di Arab Saudi itu terancam hukuman pancung seperti Ruyati. Ia dapat terbebas apabila membayar uang denda sebesar Rp 4,7 miliar.

Selain berdoa, para santri juga meluapkan kekesalan dengan mencorat-coret sebuah kertas. Mereka meminta pemerintah Indonesia lebih peduli dan berupaya keras menjamin keselamatan TKI, sang pahlawan devisa negara.
read more "Liputan 6 SCTV di Ponpes Al Fattah Kikil"

Selasa, 21 Juni 2011




Gus Dur bertemu Tuhan di surga, dan beliau ditanya oleh Tuhan, " Anakku, kau sudah bertemu denganKu. Aku akan
mengabulkan satu permintaanmu. Gus Dur menjawab, " Tuhan, terbitkanlah matahari dari Barat, tetapi jangan Kau ubah bangsa Indonesia dari PANCASILA, NKRI dan UUD 45. Buatlah sila ke-5 Pancasila itu terwujud Tuhanku." Lalu Tuhan menjawab "Selama manusia Indonesia masih mau rendah hati seperti syair lagu 'Sebuah Pengakuan' dari 'Al l'tiroof' bahwa dirinya tidak sombong, merasa tak pantas menjadi ahli waris surga, dan takut akan siksaan neraka, serta menyadari sisa hidupnya
menghilang hari demi hari, tetapi dosanya kian bertambah, itu semua akan terwujud anakKu."


Gus Dur met God in the heaven, and He asked "My son, now you are here, meet me. I will grant your request. Then Gus Dur answered "God, please rise the sun from the west, but please don't change Indonesia from Pancasila (the five basic principles of the Republic of Indonesia), NKRI (Unity of Republic Indonesia), and UUD 45 (the basic laws of Indonesia). Make the fifth principle (The Justice for all of Indonesian) happen, my God." Afterwards, God said "As long as Indonesian behave modesty like the lyrics of song 'Sebuah Pengakuan' (A Confession) from 'Al I'tiroof' that they are not arrogant, they are not proper to be
the inheritees of heaven and afraid of hell's troture, along with realize that their life would decreased day by day but their sins are increase more and more, your request will be happen, My son." (Lianto Tjahjoputro)
Untuk melihat videonya silahkan klik disini......VIEW VIDEO
read more "Al I'tiroof - Gus Dur (Sebuah pengakuan )"

Rabu, 15 Juni 2011




Alhamdulillah akhirnya ada buku yang menjelaskan buku sebelumnya yang sempat meresahkan kaum muslim terutama warga nahdliyin. Meskipun buku ini keluar tahun 2008 tak ada salahnya saya tulis kembali resensi buku tersebut. Saya yakin masih banyak teman-teman yang belum sempat mendengar kabar munculnya buku penetralisir kekecewaan masyarakat dengan buku karangan H.Mahrus Ali dulu....

Judul Buku: Membongkar Kebohongan Buku; Mantan Kiai NU Menggugat Sholawat & Dzikir Syirik (H. Mahrus Ali)
Penulis: Tim Bahtsul Masail PCNU Jember
Penerbit: Khalista Surabaya
Cetakan: I, Januari 2008
Tebal: xi+ 254 halaman
Peresensi: Ach. Tirmidzi Munahwan

Buku yang berjudul “Membongkar Kebohongan Buku; Mantan Kiai NU Menggugat Sholawat dan Dzikir” ini, merupakan jawaban dari buku yang ditulis H Mahrus Ali yang berjudul, “Mantan Kiai NU Menggugat Sholawat dan Dzikir Syirik”. Tulisan Mahrus, ternyata mempunyai banyak kejanggalan dan kebohongan, bahkan meresahkan kaum muslimin, khususnya bagi warga Nahdliyyin (sebutan untuk warga NU). Tim Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Cabang NU Jember merasa bertanggung jawab untuk meluruskan adanya kejanggalan dan kebohongan buku tersebut.

Dalam bukunya, Mahrus mengatakan bahwa tawassul dan istighosah termasuk perbuatan bid’ah (mengada-ada dalam beribadah), syirik (menyekutukan Tuhan). Bahkan, ia mengkafirkan. Dan, ibadah-ibadah lainnya, seperti, membaca sholawat pada Nabi dan membaca zikir setelah salat lima waktu termasuk perbuatan bid’ah. Padahal, bacaan-bacaan itu telah menjadi tradisi khususnya di kalangan Nahdliyyin. Pertanyaannya, apakah Mahrus sudah menemukan dalil yang kuat dalam Al-Quran dan Al-Hadist, bahwa ber-tawassul, istighosah, membaca sholawat pada Nabi, dan membaca zikir termasuk perbuatan bid’ah, kufur, syirik, dan menyesatkan?

Karena itu, dalam buku ini, dijelaskan, ber-tawassul dan ber-istighosah, hukumnya adalah boleh, baik ketika seorang nabi atau wali itu masih hidup atau sudah meninggal. Namun, hal itu harus disertai dengan keyakinan bahwa tidak ada yang bisa mendatangkan bahaya dan memberikan manfaat secara hakiki, kecuali Allah. Sedangkan, para nabi dan wali hanyalah sebagai sebab atas dikabulkannya doa dan permohonan seseorang.

Adapun kebolehan ber-tawassul dan ber-istighosah kepada para nabi dan para wali, baik ketika mereka masih hidup maupun yang telah meninggal, hukumnya sudah disepakati seluruh ulama salaf yang saleh sejak generasi Sahabat sampai generasi para ulama terkemuka pada abad pertengahan. Ada 12 ulama besar terkemuka, yang semuanya sepakat membolehkan ber-tawassul dan ber-istighosah. Di antaranya, Al- Imam Sufyan bin Uyainah (Guru Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hambal), Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas, Imam Syafi’I, Imam Ahmad bin Hambal, Imam Abu Ali al-Khallal, Al-Hafizh Ibn Khuzaimah, tiga hafizh (al-Thabarani, Abu al-Syaikh dan Abu Bakar Ibn al-Muqri’), Ibrahim al-Harbi, Al-Hafizh Abu Ali al-Naisaburi, Al-Hafizh Abdul Ghani al-Maqdisi, dan Abu al-Khair al-Aqqtha’.

Tidak hanya ulama di atas yang membolehkannya. Al-Quran yang merupakan sumber primer pengambilan hukum Islam justru menganjurkan ber-tawassul dan ber-istighosah. Seperti yang dijelaskan dalam surat al-Maidah ayat 35, yang artinya, “Hai, orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan (wasilah) yang mendekatkan diri kepada-Nya”. (QS. Al-Maidah:35). Jadi, dapat kita simpulkan bahwa ber-tawassul dan ber-istighosah dengan para Nabi dan para wali yang sudah meninggal tidak bertentangan dengan ajaran yang telah dijelaskan dalam Al-Quran dan Al-Hadits.

Adapun penolakan Mahrus, dalam bukunya, terhadap doa-doa, tawassul dan istighosah, dengan dipertentangkan dengan ayat-ayat Al-Quran, adalah berakar pada dua hal. Pertama, Mahrus tidak merujuk pada kitab-kitab tafsir yang mu’tabar (dapat dipertanggungjawabkan) yang ditulis para huffazh, seperti, Tafsir Ibn Katsir, Tafsir al-Qurthubi, dan lain-lain. Kedua, Mahrus tidak memahami maksud ayat-ayat Al-Quran yang diajukan untuk menentang doa-doa tawassul dan istighosah. Ia tidak dapat meletakkan ayat-ayat Al-Quran pada tempat yang sebenarnya (hal. 59-60).

Selain itu, Mahrus mengaku sebagai mantan kiai NU, padahal dia tidak pernah tercatat sebagai anggota dan aktivis NU, apalagi tokoh atau kiai NU, sebagaimana keterangan dari Pengurus Ranting NU Sidomukti, Kebomas, Gresik—tempat kelahirannya. Juga, keterangan dari pengurus Majelis Wakil Cabang NU Waru, Sidoarjo—tempat Mahrus saat ini tinggal.

Dalam bukunya, “Mantan Kiai NU Menggugat Sholawat dan Dzikir”, Mahrus telah menyinggung dan melakukan pelecehan terhadap kaum muslimin, khususnya warga NU. Karena ia mau merubah, bahkan melarang amaliah yang sudah menjadi tradisi kalangan pesantren dan warga NU.

Buku ini sangat penting untuk dimiliki dan dibaca kaum muslimin, warga NU pada umumnya. Agar umat Islam, warga NU, hati-hati dan tidak gampang terpengaruh tulisan-tulisan yang saat ini sering menyudutkan terhadap amaliah yang sudah menjadi kebijakan para ulama Ahlussunnah wal Jamaah. Semoga buku ini bermanfaat bagi umat Islam, khususnya bagi warga NU.
read more "Membongkar Kebohongan Buku; Mantan Kiai NU Menggugat Sholawat & Dzikir"

Rabu, 08 Juni 2011



IKHLAS
Ikhlas dalam menuntut ilmu itu bisa dicapai dengan beberapa hal:
Pertama, belajar dengan niat melaksanakan perintah Allah Ta’ala. Karena Allah Ta’ala telah memerintahkannya. Dan Allah subhanahu wa Ta’ala juga mendorong orang supaya menuntut ilmu. Sedangkan dorongan Allah atas sesuatu memberikan konsekuensi kecintaan dan keridhoan Allah terhadap hal itu.
Kedua, belajar dengan niat menjaga syariat Allah Ta’ala. Karena menjaga syariat Allah Ta’ala hanya bisa dilakukan dengan mempelajari dan menghafalkannya, dan bisa juga dengan mencatat.
Ketiga, belajar dengan niat untuk melindungi syariat dan membelanya. Karena seandainya tidak ada ulama niscaya syariat tidak akan terlindungiKeempat, belajar dengan niat mengikuti syariat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena tidak mungkin bisa mengikuti syariat beliau kecuali bila sudah mengetahui isi syariat ini.
Kelima, belajar dengan niat menghilangkan kebodohan dari dirimu sendiri dan orang lain
JUJUR
Bila kita cermati, Islam adalah agama yang memiliki banyak sisi yang sangat mengutamakan ilmu pengetahuan. Bahkan Islam mendorong umatnya untuk menuntut ilmu dengan tekun, untuk itu kita sudah sama-sama tahu bahwa ayat pertama yang diturunkan adalah tentang membaca, artinya tentang mencari ilmu. Bahkan Allah sudah berjanji pada kitasebagai umatnya, bahwa Dia akan meninggikan orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat.

“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS Al Mujaadillah : 11)

Allah jelas akan memberikan keutamaan pada manusia dalam bentuk ilmu pengetahuan, apalagi dalam sebuah hadis Rasulullah bersabda, "barangsiapa menuntut ilmu maka Allah memudahkan jalannya ke surga". Pertanyaannya, mengapa orang berilmu sangat dihargai oleh Allah? Karena orang berilmu memiliki satu ciri yang sangat disukai oleh Allah yaitu : memiliki rasa takut pada-Nya dan otomatis orang itu akan selalu mematuhi perintah-Nya. Untuk itu segala ciptaan Allah yang berilmu dan takut pada Allah akan mendapat gelar tersendiri seperti yang dicatat dalam salah satu ayat di bawah ini

“Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”(QS Fathiir :28)

Menurut kesepakatan para ahli, seorang ulama adalah orang yang mengetahui kekuasaan dan kebesaran Allah, dan untuk mencapai posisi ini orang itu harus bisa memehami segala ciptaan Allah.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS Ali Imran : 190-191)

Jadi jelas, selalu mengingat Allah juga merupakan salah satu indikator orang berilmu. Maka marilah kita melakukan instrospeksi diri sejenak, sejauh mana indikator ini berada pada masa sekarang. Karena seperti yang kita tahu, di negara ini sudah berkembang pandangan bahwa institusi sebagai tempat mencari ilmu sudah dinodai dengan pandangan sekedar mencari ijasah atau mencari nilai. Akhirnya tidak sedikit para siswa dan mahasiswa yang terjebak hanya untuk mengejar nilai.
PERJUANGAN
Sesungguhnya Islam adalah agama yang menghargai ilmu pengetahuan. Bahkan Allah sendiri lewat Al Qur’an meninggikan orang-orang yang berilmu dibanding orang-orang awam beberapa derajad.

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajad.” (Al Mujadilah: 11)

Pada surat Ali ‘Imran: 18 Allah SWT bahkan memulai dengan dirinya, lalu dengan malaikatnya, dan kemudian dengan orang-orang yang berilmu. Jelas kalau Allah menghargai orang-orang yang berilmu.

“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu)” (Ali Imran:18)

Allah juga menyatakan bahwa hanya dengan ilmu orang bisa memahami perumpamaan yang diberikan Allah untuk manusia.

“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia, dan tiada memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu” (Al ‘Ankabut:43)

Tuhan juga menegaskan hanya dengan ilmulah orang bisa mendapat petunjuk Al Qur’an.

“Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah ayat2 yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu” (Al Ankabut:49)

Nabi Muhammad SAW juga sangat menghargai orang yang berilmu. “Ulama adalah pewaris para Nabi” Begitu sabdanya seperti yang dimuat di HR Abu Dawud.

Bahkan Nabi tidak tanggung2 lebih menghargai seorang ilmuwan daripada satu kabilah. “Sesungguhnya matinya satu kabilah itu lebih ringan daripada matinya seorang ‘alim.” (HR Thabrani)

Seorang ‘alim juga lebih tinggi dari pada seorang ahli ibadah yang sewaktu2 bisa tersesat karena kurangnya ilmu. “Keutamaan orang ‘alim atas orang ahli ibadah adalah seperti keutamaan diriku atas orang yang paling rendah dari sahabatku.” (HR At Tirmidzi).

Nabi Muhammad mewajibkan ummatnya untuk menuntut ilmu. “Menuntut ilmu wajib bagi muslimin dan muslimah” begitu sabdanya. “Tuntutlah ilmu dari sejak lahir hingga sampai ke liang lahat.”

Jelas Islam menghargai ilmu pengetahuan dan mewajibkan seluruh ummat Islam untuk mempelajarinya. Karena itu pendapat mayoritas ummat Islam (terutama di pedesaan) yang menganggap bahwa perempuan itu tidak perlu sekolah tinggi2, soalnya nanti tinggalnya juga di dapur jelas bertentangan dengan ajaran Islam.
read more "Key to Success"
 

Entri Populer

Tuan Rumah

Kenalan Yuk

Foto saya
Pacitan, Jawa Timur, Indonesia
Blog ini hanya sekedar mengeksplor sisi ke WOW-an INDONESIA kita... salam kenal semuanya....

Blogroll

   

Jumlah Pengunjung

Pengikut