Jam

Minggu, 01 Mei 2011

Ayah, Maafkan Putramu ini



Dengan jujur saya katakan, tulisan ini saya buat dengan iringan beberapa tetesan air mata. Tidak terlalu deras air mata menghujam pipi ini. Tapi sedikit banyak serasa ada hentakan yang keras di dalam hati. Sebuah pepiling (dalam bahasa jawa), sebuah peringatan, nasehat dari Tuhan. Apa itu.....???
Seperti 2 hari terakhir ini, setelah shalat subuh di akhir menit pukul 5 pagi telah membawa saya kedalam sebuah pengakuan yang luar biasa. Anak kecil yang tengah duduk di pojok sebuah asrama, duduk bersila didepan pintu kamar, tangan kanan memegang mushaf Al-Qur'an berukuran 10x20 cm yang masih terbuka tapi tidak ia baca, mungkin habis ia baca, tangan kiri menutup mata, tapi semacam ada air yang megalir dari ujung jemari menuju pangkal tangan kirinya. Tidak salah lagi, ia sedang menangis. Belum berani saya mendekatinya, kubiarkan sementara sambil memerhatikan apa yang akan ia lakukan setelah ini. Tidak berselang lama, ia masuk kekamar, dan keluar lagi. Ada yang beda setelah ia keluar dari kamar. Ia tidak lagi membawa Al-Qur'an. Tangan kanan nya berubah membawa sebuah lembaran agak tebal. Dan ternyata setelah lama-lama saya amati yang ia pegang adalah sebuah foto. Entah foto siapa itu.
Ia tatap tajam tajam foto tersebut. Sebuah tatapan tajam dengan tekstur mata yang lama lama sayup sayup meredup. Seakan semakin berat menampung air mata. Dan.....tumpah juga air mata yang sekuat tenaga ia tahan untuk tidak ia teteskan. Tanpa ada alasan apapun, tanpa tahu sebabnya apa, saya ikut meneteskan air mata. Bocah kecil yang sedang menatap sebuah foto dan menangis itu sudah membawa saya kedalam sebuah lubang keharuan.
Kudekati ia, dan akhirnya saya mengetahui foto siapa yang ia genggam. Ya, foto ayahnya. Ayah terhebat baginya, Ayah yang sudah meninggalkan ibu dan dirinya. Ayah yang insyaAllah sudah tenang di alam sana. Ayah yang kasihnya masih terasa meskipun jasadnya sudah tak bisa ia lihat lagi.
Panjang lebar ia cerita akan kerinduannya dengan sosok ayahnya. Dan tiba pada sebuah kesimpulan,

anak itu berkata, "saya masih punya hutang janji sama ayah, saya belum bisa memenuhi janji untuk menghafal Juz 'Amma dan disimak langsung oleh ayah, maafkan putramu ini ayah"

Siapa yang tidak terketuk hatinya ketika mendengar pernyataan seperti itu keluar dari mulut seorang anak kecil.
Banyak sekali pesan yang bisa kita ambil, dan silahkan ambil kesimpulan masing-masing. Semoga kisah tersebut bermanfaat untuk kelangsungan hati nurani kita.

0 komentar:

 

Entri Populer

Tuan Rumah

Kenalan Yuk

Foto saya
Pacitan, Jawa Timur, Indonesia
Blog ini hanya sekedar mengeksplor sisi ke WOW-an INDONESIA kita... salam kenal semuanya....

Blogroll

   

Jumlah Pengunjung

Pengikut