Meratapi nasib. Nasib kok pake diratapi segala…. Bukannya lebih baik untuk mensyukuri nasib. Itu yang sedang saya perdebatkan dengan sisi hitam saya. Terkadang dalam menyikapi sebuah masalah haruslah kita sebagai manusia memaknainya dengan bijaksana. Bukan sekedar tafsir atau makna yang sak karepe dewe. Sebelah pihak. Subjektif. Dan cenderung hanya mengedepankan emosi.
Saya, Jum’at 01 April 2011 pukul 11.12 WIB tengah duduk sendiri di pojok lantai 4 gedung dimana tempat saya mencari ilmu, ya meskipun terkadang ogah-ogahan. Hari ini tidak ada jadwal belajar. Tak ada jam kuliah. Entah tak jelas apa yang akan lakukan di sini. Sembari menunggu Adzan, kubuka saja laptop hitamku ini. Ku buka Ms.Word. Ku ketik kata-kata ini sekenanya, yaa betul sekenanya saja. SUasana hati kayaknya sedang lelah, fisik pun terasa letih. Mata berkedip dengan durasi yang agak lamban, itu pertanda kalau mataku mulai kehilangan staminanya.
Waktu berlalu begitu saja. Berlalu bersama kata-kata tak berguna ini. Hanya bualan, hanya mengikuti gerak jemari yang saya sendiri tak tau akan dibawa kemana langkahnya itu, akan dibuat seperti apa tapak nya nanti.
Namun tak aka nada yang sia-sia. DImulai dengan ketidak tahuanku, aku mencoba menafsirkan akan nasibku beberapa menit kebelakang tadi, apa maknanya…???
Dan tak lebih hanya sebuah kalimat kesimpulan yang saya peroleh. Ternyata, hidup butuh tujuan untuk mendapatkan jalan.
Jam
Jumat, 01 April 2011
Maknaku Beberapa Menit Ini
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar